Dosen ITS Temukan Teori Gempa Bumi Baru dan Dipublikasikan di Jurnal Internasional

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Dosen Departemen Teknik Geofisika (DTG) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Kadek Hendrawan Palgunadi ST MSc PhD menemukan teori gempa bumi baru. Hasil risetnya tersebut dipublikasikan di jurnal internasional pada platform Science dengan impact factor 47.

Kadek menjadi salah satu penulis dari artikel berjudul, Fault Size-Dependent Fracture Energy Explains Multiscale Seismicity and Cascading Earthquakes.

Bersama dengan tiga peneliti lainnya, Kadek mengungkap temuannya mengenai sebuah teori yang menunjukkan perilaku gempa bumi kecil dan besar tidaklah mengikuti aturan yang sama.

”Peristiwa gempa bumi dapat diamati sejak awal terjadi hingga menunjukkan peristiwa seismik yang besar. Hal itulah yang nantinya dapat membantu kita dalam kesiapsiagaan bencana,” ujar Kadek, Selasa (6/8/2024).

Baca Juga:  Mahasiswi Unesa Ajarkan Bahasa dan Budaya Indonesia di KBRI Australia

Menurut Kadek, pada penelitian terdahulu diyakini berbagai ukuran gempa bumi mengikuti proses dasar dan fisika yang sama. Namun, dalam penelitiannya ini, Kadek menemukan getaran kecil pada gempa pasti berperilaku berbeda dari gempa bumi besar.

“Pernyataan tersebut didukung penemuan model matematika baru dan simulasi numerik terkait fisika gempa bumi yang kami kembangkan,” ungkap Doktor alumnus King Abdullah University of Science and Technology (KAUST) Arab Saudi itu.

Kadek menjelaskan, pemodelan matematika baru terkait fisika gempa bumi tersebut menunjukkan mekanika retakan dan patahan yang menjalar seperti efek domino. Salah satu pembaruan utama dari temuannya ini membahas tentang perbedaan proses gesekan yang terjadi saat gempa bumi besar dan kecil.

Baca Juga:  Sevima dan ITS Luncurkan Platform Pembelajaran Berbasis Artificial Intelligence
Baca Juga:  PCU Choir Surabaya Borong Tiga Gelar Juara di Singapura

Melalui berbagai metode dan simulasi numerik yang telah dilakukan, ditemukan adanya hubungan antara energi, proses patahan, dan ukuran patahan yang dapat membantu menjelaskan interaksi antara patahan kecil dan patahan yang lebih besar di dekatnya.

”Dengan beberapa teori yang ditemukannya tersebut dapat digunakan para peneliti untuk mencari kondisi di mana patahan kecil yang berpotensi berkembang menjadi gempa bumi besar,” jelasnya.

Melalui teori gempa bumi baru ini diharapkan dapat membantu para seismolog memahami apa yang terjadi pada patahan atau sesar lempeng bumi ketika tekanan terakumulasi dalam skala waktu tertentu dari gempa bumi.

”Terlebih lagi di Indonesia yang kota besarnya banyak dilalui patahan yang berpotensi menimbulkan gempa besar, seperti Semarang, Surabaya, Bandung, dan Jakarta,” terangnya. (aci)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *