Bupati Ahmad Muhdlor Spontan Buat Lomba Maido, Begini Reaksi Ibu-Ibu Kader Kesehatan
SIDOARJO, SURYAKABAR.com – Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor secara spontan membuat Lomba Maido. Itu dilakukan setelah Bupati Ahmad Muhdlor menyerahkan insentif bagi tenaga kesehatan, honor posyandu dan fasilitas BPJS Ketenagakerjaan bagi kader kesehatan Kecamatan Sidoarjo di Pendapa Delta Wibawa, Jumat (28/7/2023) pagi.
Usai sambutan, secara spontan Gus Muhdlor panggilan akrab bupati membuat Lomba Maido. Topiknya apa saja, intinya mengkritisi bupati, entah soal kebijakan, pembangunan bahkan janji politik bupati. Bagi yang kritikannya tajam, Gus Muhdlor menyediakan empat sepeda gunung.
Mendapat kesempatan, ribuan kader kesehatan yang semuanya kaum emak-emak ini berebut mengacungkan tangan. Bukan berlomba mendapatkan sepeda tetapi mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini terpendam dan disampaikan langsung kepada bupati.
Ayu Ida Fahmawati, kader kesehatan warga Kelurahan Pucang, Kecamatan Sidoarjo mengkritik titik kemacetan di Perempatan Gedangan. “Kalau lewat sana harus sangat pagi, kalau terlambat siang bisa dua jam dihabiskan di sana,” keluhnya.
Ia meminta Gus Muhdlor segera mencari solusi cepat dan tepat untuk mengatasi kemacetan di Perempatan Gedangan, karena menurutnya pembagunan frontage road pincang kalau hanya dibangun sebelah timur.
“Gus, acaranya jangan pengajian terus, para remaja di Sidoarjo juga butuh hiburan seperti mendatangkan band terkenal,” ucapnya yang disambut tawa Gus Muhdlor dan ribuan tenaga kesehatan lainnya.
Bu Yani, Kader Kesehatan Kelurahan Lemahputro menagih janji saat Gus Muhdlor berkampanye dulu. “Dulu janjinya setiap rukun tetangga diberi soundsystem satu-satu. Sekarang mana janji itu ?” Gus Muhdlor yang mendapat sindiran ini menjawab, janji tersebut akan diberikan awal Agustus melalui kecamatan.
Yani menambahkan, ia merasa bersyukur karena baru saat ini ia yang telah menjadi kader kesehatan sejak 30 tahun mendapatkan insentif.
“Padahal beban kerja dan tanggung jawab kader kesehatan itu jauh lebih berat ketimbang ketua RT yang telah lama setiap bulan mendapat bayaran,” kata dia.
Sementara itu Uswatul Khasanah, kader kesehatan Desa Banjarbendo mengkritik penerimaan siswa didik baru yang menggunakan sistem zonasi.
“Seharusnya menggunakan sistem nilai bukan zonasi. Kalau zonasi bisa diakali. Ini yang sekarang carut marut,” kata Uswatul.
Ia juga menyorot penyaluran BLT yang kurang tepat sasaran. “Banyak yang mampu justru memperoleh BLT, namun yang tidak punya tidak mendapatkan. Rumahnya ber AC, punya mobil tapi memperoleh BLT,” gerutu dia.
Gus Muhdlor menjelaskan, sistem zonasi merupakan kebijakan pusat sedangkan untuk BLT dirinya berjanji akan memperbaiki data dan mengawasinya. (sat)