Berita Trenggalek
Meriahnya Tradisi Lebaran Ketupat di Kabupaten Trenggalek
TRENGGALEK, SURYAKABAR.com – Tradisi Lebaran Ketupat atau Kupatan tumbuh subur dan menjadi tradisi warga di Pulau Jawa. Begitu juga di Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, tradisi yang digelar setiap 8 Syawal ini menjadi daya tarik tersendiri, bukan hanya bagi masyarakat sekitar, namun juga warga luar kota.
Uniknya, di Kecamatan Durenan, perayaan Kupatan lebih ramai dibanding perayaan Idul Fitri. Setiap rumah, sang pemilik menyediakan lontong kupat sayur yang bisa dinikmati oleh siapapun yang datang bersilaturahmi.
Menurut literasi, tradisi Kupatan di Durenan Trenggalek ini sudah dimulai sekitar 200 tahun yang lalu dan kini menjadi even wisata tahunan.
BACA JUGA:
Tradisi ini diawali dengan mengarak gunungan tumpeng berisi ratusan ketupat di sekitar pondok pesantren setempat. Nah, usai diarak, gunungan ketupat ini kemudian dibagikan kepada masyarakat dan menjadi berkah bagi yang mendapatkannya.
Sebelumnya, arak-arakan ketupat ini digelar pagi hari pada 8 Syawal, namun kali ini dilaksanakan pada malam sebelumnya.
Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin terlihat larut dalam kemeriahan ini. Ia bahkan ikut berebut ketupat. “Tahun ini pawai ketupat digelar malam sebelumnya, ini masukan dari warga agar keramaian terpecah, namun besoknya kembali ke pakem lah, bahwa besok waktunya maaf-maafan, anjangsana, silaturahmi,” tutur Mas Ipin, panggilan akrab bupati, Jumat (28/4/2023) malam.
Tidak hanya di Kecamatan Durenan, tradisi Kupatan juga berkembang di sekitar pondok pesantren di Kecamatan Kelutan, Trenggalek. Kupatan di sini juga diwarnai penampilan jaranan, reog serta barongsai.
“Ini merupakan kekayaan tradisi kita yang bisa meningkatkan persaudaraan karena melibatkan banyak orang di semua tingkatan umur,” imbuh Mas Ipin. (sat)