Kuliah Perdana Program Studi Fashion Product Design Universitas Ciputra Surabaya Dikemas dalam Seminar
SURABAYA, SURYAKABAR. com – Dunia fashion selalu menarik untuk diperbincangkan, karena industri ini juga termasuk ke dalam industri kreatif yang selalu berkembang mengikuti zaman.
Marini Yunita Tanzil, B.Com.Des., M.Fashion selaku Kepala Program Studi Fashion Product Design and Business (FPD) Universitas Ciputra Surabaya menjelaskan, industri fashion di Indonesia merupakan salah satu industri yang menyumbangkan GDP (Gross Domestic Product ) terbesar di Indonesia. Untuk itu dibutuhkan sumber daya dan regenerasi untuk tetap membuat industri fashion Indonesia tetap hidup.
“Perlu disikapi dengan cermat dan serius dalam hal regenerasi sumber daya manusia industri fashion, sehingga karya yang dihasilkan mampu bersaing di pasar global tanpa meninggalkan ciri khas kelokalan bangsa Indonesia,” ujar Marini.
“Dunia pendidikan diharapkan mampu mencetak para calon fashion designer and entrepreneur muda yang mumpuni di bidangnya yang bisa menghasilkan karya bersaing di pasar nasional dan global,” imbuhnya.
BACA JUGA:
Menyikapi hal tersebut, maka di kegiatan perkuliahan perdana Program Studi Fashion Product Design Universitas Ciputra Surabaya yang dihelat, Kamis (23/2/2023) dikemas dalam bentuk seminar dengan mengambil tema Face the Challenge in Fashion Industry (Learn from The Past and Present) menghadirkan dua narasumber.
Nara sumber pertama, Dr. Sandra Sardjono, Founder of Tracing Pattern Foundation, membahas tentang tekstil dari sisi masa lalu.
Tracing Patterns Foundation adalah sebuah LSM yang berbasis di Berkeley, California yang didirikan untuk meneliti dan mendokumentasikan seni tekstil tradisional.
Dalam kuliahnya, Sandra membahas sejarah tenun dan batik di Nusantara serta contoh tertua dari tradisi tersebut, yang kini tersimpan dalam koleksi di Barat.
Narasumber kedua, Cempaka Asriani, Founder of Sare Studio, membahas industry fashion dan tekstil dari masa kini termasuk pentingnya sebuah branding.
Seminar yang berlokasi di Dian Auditorium UC ini wajib dihadiri seluruh mahasiswa FPD dari semua angkatan. “Saya pikir sangat penting membuka wawasan mahasiswa tentang fashion mulai dari sejarah fashion, perjalanan fashion hingga sekarang. Hal ini akan mendasari mahasiswa dalam berpikir dan dalam prosesnya menghasilkan karya fashion yang tetap mempertahankan kelokalan, budaya, namun juga karyanya mampu menembus pasar global,” terang Marini.
“Ciri khas kelokalan ini harapannya dibawa untuk bisa menjadi keunggulan fashion Indonesia di pasar nasional maupun pasar global. Jadi ada kekhasan yang unik, namun apik,” imbuhnya.
Sebelum seminar juga ada ceremony memberikan donasi kain dari Tracing Pattern Foundation. Kain yang didonasikan adalah kain-kain tradisional dari Indonesia dan manca negara untuk dimanfaatkan sebagai artefak yang akan digunakan dalam memperkaya pembelajaran, inspirasi, dan pengembangan desain motif serta desain fashion di FPD UC.
“Jenis kain yang akan didonasikan adalah kain tampan and tapis dari Lampung, Sumatra, kain Pua dan kain bidang buatan orang Iban, rok daun, tas ,dan noken dari benang serat kulit kayu dari Papua, sarong buatan orang Tai di Vietnam Utara, kain upacara dari Butan yang namanya Kira, baju kimono dan obi dari Jepang,” pungkas Marini.
Menurut Sandra, tekstil ini awalnya disumbangkan orang Amerika ke Tracing Patterns Foundation, karena mereka memiliki program yang disebut “Textile Forward” di mana tujuannya adalah memulangkan tekstil ke negara asal mereka, sehingga dapat digunakan untuk inspirasi dan membangun pengetahuan bagi siswa dan masyarakat setempat.
“Beberapa dari tekstil ini tidak lagi diproduksi atau tradisinya telah berubah,” kata Sandra.
Marini mengaku di FPD UC, mahasiswa tidak hanya dibekali namun juga dimentoring dan didampingin dalam berproses menghasilkan karya fashion yang nantinya bisa diterima masyarakat. (mfa)