Pendidikan
Mahasiswa Teknik Kimia ITN Malang Ubah Limbah Tongkol Jagung Jadi Pupuk

MALANG, SURYAKABAR.com – Jangan buang limbah tongkol jagung! Di tangan Fitria Rekno Sari, limbah ini diolah menjadi pupuk cair yang bermanfaat.

Berkat karya inovatifnya, mahasiswa Teknik Kimia S-1 ITN Malang ini berhasil menjadi lulusan terbaik prodi dengan IPK 3,75.

Prestasi yang diraih mahasiswa asal Pasuruan, Jawa Timur ini tak lepas dari dukungan beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.

Beasiswa tersebut menjadi solusi mengatasi kekhawatiran orang tuanya tentang biaya pendidikan. Keputusan Fitria untuk melanjutkan studi didukung penuh kedua orang tuanya, Suko dan Suliyati.

Sang ayah, Suko, yang berprofesi sebagai pekerja konstruksi di sebuah proyek perumahan memberikan dukungan kuat. Masukan dari alumni SMKN 1 Pasuruan tempat Fitria sekolah, juga turut memantapkan pilihannya.

“Bagi saya, memiliki KIP dapat menjadi salah satu faktor pendukung dalam melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi,” ungkapnya, yang kini telah membuktikan, pilihannya tepat.

Baca Juga:  Teknik Kimia ITN Malang Raih Akreditasi Tertinggi dari LAM Teknik

Fitria diwisuda pada wisuda ITN Malang ke 74 periode II tahun 2025. Selama masa kuliah, Fitria aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HMTK) dan bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam (Himakpa).

Pengalaman ini memberinya kesempatan untuk menjelajahi alam, seperti susur Goa Lawa, mendaki Gunung Penanggungan, dan mengikuti kegiatan konservasi.

Penelitian Inovatif Berbasis Limbah Pertanian

Sebagai mahasiswa Teknik Kimia, Fitria fokus pada konsentrasi pengolahan limbah. Hal ini ia wujudkan dalam skripsinya yang berjudul “Sintesis dan Karakteristik Pupuk Organik Limbah Tongkol Jagung dengan Penambahan Komposisi Dedak dan EM4”.

Penelitiannya bertujuan untuk memanfaatkan limbah tongkol jagung yang selama ini hanya dibuang dan dibakar di desanya.

Di bawah bimbingan Ir. Harimbi Setyawati, MT., Fitria menciptakan pupuk organik dari tongkol jagung yang diolah. Awalnya tongkol jagung dikeringkan kemudian dicacah.

Fitria membuat 15 variabel dimana cacahan tongkol jagung ditambah dengan dedak sebagai sumber nutrisi, EM4 sebagai aktivator, dan gula merah sebagai sumber energi.

Baca Juga:  Mendiktisaintek Dorong Forwarek di ITS Perkuat Ketahanan Pangan Indonesia

Setelah melalui serangkaian percobaan, ia menemukan, pupuk yang didiamkan selama 30 hari dengan komposisi EM4 yang lebih banyak menghasilkan pupuk yang ideal, meskipun pH-nya masih sedikit asam sehingga lebih cocok untuk tanaman hias.

“Kesulitan berarti sih tidak ada, hanya khawatir karena terbatasnya waktu,” jelas Fitria.

Ia menyadari, proses ideal memerlukan waktu minimal satu hingga tiga bulan untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Meskipun demikian, ia optimistis dengan keunggulan pupuknya yang lebih alami dan berbasis limbah.

Baca Juga:  Mahasiswi FH Universitas Brawijaya Wakili Indonesia di Forum Debat International di Kamboja

Selain skripsi, Fitria juga merancang pabrik kimia dalam proyeknya, yaitu “Perancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas 50.000 Ton/Tahun”.

Pengalamannya semakin lengkap dengan menjadi Asisten Laboratorium Komputasi Teknik Kimia dan Prakerin di PT Petrokimia Gresik, di mana ia mengikuti proses produksi asam sulfat.

Setelah lulus, Fitria berencana bekerja di bidang kimia, khususnya Quality Control Lab dan Analisis IPC. Ia optimistis dengan keterampilan yang ia miliki, termasuk kemampuan analisis, pemecahan masalah, serta penguasaan perangkat lunak seperti Aspen Hysys dan Matlab.

Dengan pengalaman dan dedikasi yang tinggi, Fitria siap memberikan kontribusi nyata di dunia industri. (abs)