Pendidikan
Mahasiswa Unair Gagas Inovasi Teknologi Kurangi Mikroplastik

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Tim mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) berhasil mengukir prestasi membanggakan dengan meraih juara satu dalam ajang Lomba Esai FISIP Achievement Week 2025.

Mengusung gagasan futuristik berbasis teknologi, tim tersebut berhasil memukau juri di antara lebih dari 170 partisipan dari berbagai perguruan tinggi nasional, yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Universitas Negeri Semarang (Unnes), Sabtu (24/5/2025).

Terdiri dari tiga mahasiswa lintas fakultas. Mereka adalah Mohammad Pradana Setyawan dan Intan Rahayu dari Fakultas Vokasi (FV), serta Rava Adistya Hanum dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB).

Meski berasal dari keilmuan berbeda, kolaborasi mereka mampu membuahkan karya yang kuat secara ide, analisis, dan eksekusi.

Baca Juga:  Unair Terima 3.162 Calon Mahasiswa Baru Jalur SNBT 2025

Ketua Tim Pradana mengatakan, idenya bertajuk Smart Technology Berbasis IoT untuk Mengurangi Mikroplastik. Esai itu berangkat dari keprihatinan tim terhadap pencemaran laut akibat mikroplastik yang berdampak pada kesehatan manusia, kelestarian satwa laut, dan ekonomi nelayan.

Tim itu pun merancang konsep alat berbasis Internet of Things (IoT) yang dilengkapi sensor, sistem penyaring, dan fitur penyemprot enzim untuk menstabilkan pH laut, serta menjaga ekosistem mikroorganisme. Uniknya, alat futuristik itu terhubung dengan aplikasi mobile, sehingga memungkinkan pemantauan jarak jauh tanpa perlu terjun langsung ke lokasi.

Menurut Intan, ide inovasi penyemprot enzim dan sistem deteksi jenis sampah yang secara otomatis itu menjadi nilai tambah, yang membedakan karyanya dari inovasi sebelumnya.

Baca Juga:  Unesa Gandeng Polda Jatim dan Sekolah, Deklarasi Sinergi Ketahanan Pangan Nasional

“Keunikan alat kami terletak pada kemampuannya yang kompleks, bisa menyedot, menyaring, serta membedakan antara sampah organik dan anorganik,” ujarnya, Sabtu (31/5/2025).

Anggota lainnya, Disty menjelaskan, proses brainstorming dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat urgensi dan peluang kebaruan dari masing-masing ide yang diusulkan anggota.

“Kami menyaring ide. Dari sebelumnya terpikirkan tentang mental health, pertanian, hingga akhirnya sepakat mengangkat isu mikroplastik ini karena nilai urgensinya tinggi dan belum banyak disentuh dari sisi teknologi konkret,” jelasnya.

Pradana menyebut, kemenangan timnya tidak diperoleh dengan mudah. Ia mengaku sejak awal mereka menargetkan untuk mengikuti lomba bergengsi dan bersaing dengan kampus-kampus besar seperti UI, UGM, dan ITB.

Baca Juga:  28 Guru Sekolah Malaysia Studi Banding di Spemma Ajak Kolaborasi Pertukaran Pelajar

Menurutnya, strategi timnya terletak pada kekuatan multidisiplin ilmu, penajaman analisis dalam paper, dan presentasi yang memikat. Di babak final, mereka bahkan menyuguhkan presentasi yang dikemas secara dramatis agar berbeda dari tim lain, yang membuat mereka diingat juri.

Melalui serangkaian tahap penilaian paper hingga presentasi, tim tersebut semakin mantap menuju tahap implementasi ide melalui perancangan prototipe dan konsultasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Surabaya serta tim Tim Electrical Vehicle On Study (EV-OS) Unair.

Kolaborasi yang solid, pembagian tugas yang jelas, serta semangat inovasi menjadi kunci keberhasilan mereka. Intan mengakui dinamika tim berjalan dengan sangat positif. “Tanpa kendala berarti karena seluruh anggota memiliki visi yang sama dan saling melengkapi,” ungkapnya.

Meski kali pertama terbentuk sebagai tim, ketiganya berkomitmen untuk terus berinovasi lebih luas. Disty menutup harapan dengan menginginkan tim dapat melanjutkan kolaborasi untuk ajang-ajang berikutnya, termasuk di tingkat internasional. (aci)