Pendidikan
Unusa Gandeng UNICEF Kampanye Cegah Obesitas Anak dan Remaja di Indonesia
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) berkolaborasi dengan United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menggelar kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran tentang obesitas anak dan remaja di Indonesia.
Kampanye bertajuk “Be Healthy, Be Happy-Let’s Help Everyone Stay That Way” ini dilakukan menyusul peningkatan jumlah kasus obesitas di Indonesia, yang semakin mengkhawatirkan dalam beberapa tahun terakhir.
Fenomena ini bahkan telah menjadi salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.
Kegiatan yang berlangsung di halaman Unusa Tower Kampus B Surabaya ini, merupakan bagian dari strategi menuju Generasi Emas 2045 yang sehat dan produktif, serta dihadiri ratusan pelajar SMA/sederajat dari Surabaya dan Sidoarjo, Selasa (29/4/2025).
Nutrition Officer Unicef dr Karina Widowati mengatakan, data terkini menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan.
Ia merujuk pada temuan prevalensi kegemukan pada balita mengalami pembalikan sejak 2023. Riset menunjukkan obesitas pada anak usia 5-12 tahun meningkat, dari 11 persen (2013) menjadi 12 persen (2023). Peningkatan lebih signifikan terjadi pada kelompok usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun.
“Ini memang perjalanan yang tidak mudah. Meski prevalensi stunting berhasil diturunkan dari 28 persen (2019) menjadi 21 persen (2023), masalah obesitas justru meningkat. Situasi ini mencerminkan kompleksitas tantangan gizi yang dihadapi negara ini, di mana kekurangan dan kelebihan gizi hadir bersamaan,” ujarnya.
Karina mengajak keterlibatan orang tua dalam mendidik anak soal gizi dan pola makan sehat. Salah satu rekomendasinya adalah konsumsi minimal lima porsi buah dan sayur per hari, serta membiasakan membaca label gizi pada makanan kemasan. Selain itu, butuh kebiasaan untuk olahraga bagi anak-anak. Bahkan, saat berada di dalam kelas pun bisa dilakukan.
Analis Kesehatan Seksi Kesehatan Gizi Masyarakat (KGM) di Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Budi Indrawati SKM MM menjelaskan, salah satu hambatan utama dalam upaya pencegahan dan pengendalian obesitas adalah rendahnya pemahaman masyarakat, obesitas termasuk dalam kategori penyakit.
“Masih banyak yang menganggap obesitas hanya masalah penampilan. Padahal, ini adalah kondisi medis yang bisa memicu berbagai penyakit kronis,” jelasnya.
Budi menyebut, peningkatan edukasi, kesadaran, dan kepedulian masyarakat sangat penting, terutama melalui deteksi dini.
“Deteksi sedini mungkin sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan mencegah penyakit tidak menular seperti diabetes dan tekanan darah tinggi,” ungkapnya.
Ketua LPPM Unusa Achmad Syafiuddin SSi MPhil PhD mengatakan, pencegahan obesitas tidak bisa terselesaikan jika tidak dilakukan melalui pendekatan multi-aspek.
“Gaya hidup aktif dengan meningkatkan aktivitas fisik regular, mengurangi waktu di depan layar, dan mendorong kegiatan outdoor untuk anak-anak sangat diperlukan,” tegasnya.
Melalui kampanye ini, Unusa dan UNICEF Indonesia menyerukan pentingnya kolaborasi sebagai langkah strategis dalam mengatasi masalah kegemukan dan obesitas.
Harapannya, kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran pentingnya pencegahan obesitas sejak dini, memberikan dukungan kepada generasi muda yang ingin mengubah pola hidup yang lebih sehat, serta menginspirasi generasi muda untuk terus menerapkan pola hidup sehat dan bahagia. (aci)