Pendidikan
Lebih 1.000 Mahasiswa Selama 2024 Jalani Konseling, Unesa Kini Buka Kelas Kesehatan Mental
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Masalah kesehatan mental kini menjadi salah satu perhatian di lingkungan kampus Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Data dari Subdirektorat Mitigasi Crisis Center (SMCC) Unesa, sepanjang 2024, lebih dari seribu mahasiswa Unesa dari berbagai jurusan memanfaatkan fasilitas konseling atau layanan kesehatan mental. Dengan kasus tertinggi karena faktor relasi sosial, disusul faktor keluarga, dan akademik.
Bahkan, hingga pertengahan April 2025, tercatat sudah lebih dari 250 mahasiswa memanfaatkan layanan kesehatan mental tersebut.
Hal itu terbukti, masalah kesehatan mental tidak bisa dianggap sepele. Bukan hanya bagi mahasiswa, namun juga bagi sivitas akademika, dosen hingga tenaga kependidikan (Tendik).
Kepala Subdirektorat SMCC Unesa Dr Wiryo Nuryono SPd MPd mengatakan, melalui Pekan Pencegahan Penanggulangan Isu Strategis (PPIS) Unesa menggelar Kelas Kesehatan Mental bagi seluruh mahasiswa yang dilaksanakan secara bergantian dan terbagi dalam tujuh kelas.
Mengusung tema Self-Love Training, Kelas Kesehatan Mental kali ini diikuti 198 mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Unesa.
“Mengapa perlu adanya Kelas Kesehatan Mental ini karena kita perlu hadir untuk memastikan kesehatan mental dari mahasiswa, dosen, sivitas maupun tendik,” ujar Wiryo, Rabu (23/4/2025).
Wiryo menjelaskan, saat ini tim SMCC Unesa melakukan layanan kesehatan dengan menyebarkan instrumen sebagai assesmen, dan nantinya akan muncul di SSO untuk laporan pengisian assesmen tersebut.
“Nanti kita bisa mengategorikan yang tinggi, sedang, rendah, dan rentan, dan bagaimana kerentanan itu nanti kita akan memetakan ada yang masuk ke kelas kesehatan mental. Mulai yang berkelompok masing-masing 20-30 mahasiswa, ada juga yang 5-10 orang, ada juga yang 1 individu,” jelasnya.
Dekan FK Unesa Dr dr Endang Sri Wahjuni MKes menekankan pentingnya kesehatan mental, khususnya bagi calon dokter.
Menurutnya, di semua fakultas di perguruan tinggi, tingkat stres mahasiswa cukup tinggi. Mulai dari faktor pembelajaran hingga kegiatan di luar maupun di rumah, karena usia mahasiswa yang mulai beranjak dewasa dan akan mengalami banyak tekanan.
“Di Fakultas Kedokteran, model pembelajaran, kurikulum dan sebagainya memang menuntut cukup tinggi untuk mahasiswa, sehingga ada kemungkinan mahasiswa butuh bantuan untuk mengelola mentalnya, ketika dia lelah bukan hanya fisik tapi juga mentalnya. Sehingga, tingkat stres mereka tidak terlalu tinggi,” ungkapnya.
Endang menjelaskan, selama ini FK Unesa menyiapkan tim bimbingan konseling (BK) yang diketuai spesialis kesehatan jiwa. Sehingga, diharapkan bisa membantu mengurangi stres atau mengatasi masalah kesehatan mental tersebut.
“Di FK Unesa ada DPM (Dosen Pembimbing Mahasiswa), jadi mahasiswa bisa sewaktu-waktu berkonsultasi dengan dosen tersebut, sekiranya bisa diselesaikan dengan dosen tersebut tidak masalah. Jika DPM tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut, bisa ke level yang lebih tinggi,” jelasnya.
Endang mengakui, rata-rata mahasiswa FK Unesa yang dikonsultasikan karena semester awal, yang biasanya dilaporkan adalah adaptasi dari pembelajaran saat SMA menuju ke perguruan tinggi, apalagi FK yang sangat berbeda dan intensitasnya cukup tinggi. “DPM membantu mahasiswa untuk beradaptasi terhadap perubahan pembelajaran itu,” pungkasnya. (aci)