Pendidikan
ITS Ajak Masyarakat Tingkatkan Kesadaran Mitigasi Bencana Longsor

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Hujan deras yang mengguyur berbagai daerah di Indonesia akhir-akhir ini kerap memicu bencana tanah longsor, terutama pada daerah pegunungan seperti yang terjadi di jalur Pacet-Cangar, Kabupaten Mojokerto, beberapa waktu lalu.

Melihat kondisi tersebut, salah satu pakar dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Ir Firman Syaifuddin SSi MT mengingatkan pentingnya masyarakat mengetahui tentang upaya mitigasi bencana, termasuk tanah longsor tersebut.

Firman mengatakan, longsor terjadi ketika tanah, batu, atau puing bergerak turun karena gaya gravitasi yang lebih besar daripada kekuatan penahan lereng.

Baca Juga:  ITS Inisiasi Konsorsium Teknologi Pertanian Cerdas Berbasis AI

Menurutnya, longsor dapat terjadi di berbagai lokasi, namun daerah dengan kemiringan tebing yang curam memiliki risiko yang lebih besar.

“Tebing menjadi rawan longsor diakibatkan oleh kemiringan utamanya, terlebih jika tersaturasi air maka beban dari massa batuan atau tanah lapuk yang akan semakin berat,“ ujar Firman, Rabu (16/4/2025).

Firman menjelaskan, hujan lebat merupakan salah satu pemicu terjadinya tanah longsor di Indonesia. Saat hujan turun dengan intensitas tinggi, air hujan masuk ke dalam lapisan tanah dan membuatnya jenuh air.

Baca Juga:  Libur Panjang Paskah, KAI Daop 8 Surabaya Operasikan 4 Kereta Api Tambahan

“Kondisi ini menambah beban dari lapisan tanah dan batuan yang jika melewati daya dukungnya akan mengakibatkan longsor,” jelas dosen Departemen Teknik Geofisika ITS itu.

Firman mengungkapkan, hujan juga menyebabkan peningkatan tekanan air pori di dalam tanah. Ketika air pori meningkat, tekanan hidrolik dalam tanah juga naik.

“Ini akan menurunkan kekuatan geser material di lereng dan membuatnya lebih rentan mengalami kegagalan struktur,” ungkap peneliti di Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) ITS itu.

Menurut data, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya potensi cuaca ekstrem di Jawa Timur pada periode 3-12 April 2025. Hasil penelitian menunjukkan hujan sangat intens dalam waktu kurang dari 12 jam merupakan pemicu dari banyak kasus tanah longsor.

Baca Juga:  Gubernur Khofifah Tegaskan Pentingnya Kolaborasi Jaga Ketertiban, Keselamatan dan Perlindungan Masyarakat

“Salah satunya seperti yang terjadi di jalur Pacet-Cangar pada 3 April 2025. Ini dikarenakan daerah tersebut memiliki lereng curam dan lokasinya terjadi tepat di bawah aliran irigasi,” terangnya.

Berdasarkan hasil diskusinya dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur pada 10 April 2025, longsor di jalur Pacet-Cangar terjadi tepat di bawah aliran irigasi buatan.

Beberapa waktu sebelum kejadian, terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan aliran irigasi sempat terbendung oleh pohon tumbang membentuk bendungan alami. Akibatnya, air tertahan dan merembes ke dalam lapisan tanah di bawahnya yang menyebabkan longsor.

Selain itu. Firman juga menyarankan kepada pemerintah untuk meningkatkan upaya mitigasi, termasuk dengan memerinci peta kerentanan gerakan tanah atau longsor. Melalui diskusi dengan BPBD Jawa Timur, ITS akan membantu melakukan pendetailan peta kerentanan gerakan tanah atau longsor di Provinsi Jawa Timur sebagai langkah upaya mitigasi bencana longsor. (aci)