Pendidikan
Kisah Inspiratif Ray Bara, Anak Yatim Asal Kaltim yang Sukses Jadi Lulusan Terbaik Teknik Sipil ITN Malang

MALANG, SURYAKABAR.com – Lika liku perjalanan seorang anak yatim asal Balikpapan, Kalimantan Timur, Ray Bara terbayar memuaskan, setelah berhasil meraih lulusan terbaik Teknik Sipil S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang).

Di balik kesederhanaan seorang anak penjual sembako yang ayahnya meninggal dunia ketika Ia masih kecil, tersimpan semangat pantang menyerah dan deretan prestasi.

Ray Bara berhasil menorehkan prestasi gemilang dalam perjalanan akademiknya hingga dinobatkan sebagai lulusan terbaik Prodi Teknik Sipil, sekaligus lulusan terbaik Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP).

Bara berhasil meraih IPK 3.78, dengan masa studi 3,5 tahun. Ia juga memiliki kiprah di dunia akademik dan organisasi mahasiswa yang luar biasa.

Ketika masih kuliah, Bara telah mengukir berbagai prestasi yakni, Finalis 10 Besar Putra-Putri Pendidikan Jawa Timur 2022, Juara Harapan 2 Fondasi Balsa Bridge Competition, Fondasi Days 2023 (Universitas Sebelas Maret), Finalis Lomba Beton Nasional, Civil National EXPO 2023 (Universitas Tarumanegara), Juara 2 Lomba Balsa Bridge Competition, DISCOVERY 3.0 2023 (Universitas Wijayakusuma Purwokerto), Runner Up 1 Duta Kampus ITN Malang 2023, dan Lolos Magang Bersertifikat (MBKM) Batch 5 di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang meliputi tiga provinsi sekaligus: Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Baca Juga:  ISI Surakarta Buka Perkuliahan di Banyuwangi Tahun Ini, Pendaftaran Mahasiswa Mulai Mei 2025

Ketertarikan Bara pada dunia teknik sipil bermula dari bujuk rayu sang kakak. Berbekal beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K), Bara mantap melangkah ke Prodi Teknik Sipil S-1, ITN Malang. Jejak kedua kakaknya ternyata juga penerima beasiswa. Ia merupakan anak ke 5 dari 7 bersaudara.

“Ibarat melihat kakak kuliah jadinya tidak mau kalah. Apalagi cita-cita ibu kandas untuk menjadi sarjana. Ini menjadi motivasi saya dan kakak-kakak untuk meneruskannya,” ungkap pemuda asal Kota Balikpapan, Kalimantan Timur yang menamatkan sekolah di SMA 17 Agustus 1945 Surabaya.

Bahkan, sang ibu mendorong Bara untuk melanjutkan studi S2. Ia kini berencana menunggu 1 tahun ke depan untuk menyiapkan berkas rencana studi lanjutnya.

Bara merupakan putra pasangan Marthen Luther (Alm) dan Novita Bara. Bara akan ikut diwisuda pada wisuda ke 73 periode 1 tahun 2025.

Baca Juga:  ITN Malang Pasang PLTS di Kawasan Ranu Kumbolo Semeru, Layanan Pendaki dan Wisatawan

Di sela-sela kuliahnya Bara juga gigih mencari tambahan uang saku. Pengalaman pernah memberikan les privat kepada teman sejurusan di masa kuliah daring memberikannya penghasilan lumayan, sekitar 1,5 juta rupiah setiap bulan.

Fleksibilitas waktu les menjadi nilai tambah baginya. Selain itu, ia juga pernah menjadi waiter paruh waktu di sebuah tempat makan di Sawojajar, Kota Malang dengan upah sekitar 700-800 ribu rupiah per bulan. Dukungan finansial dari kakak-kakaknya yang telah lulus juga turut meringankan beban kuliahnya.

Di tengah padatnya tugas kuliah teknik sipil yang menurutnya “tiap hari ada saja,” Bara tetap aktif dalam berbagai kegiatan kampus.

Ia pernah menjadi asisten Laboratorium Komputer, anggota Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS), hingga asisten pribadi dosen.

Baca Juga:  Universitas Brawijaya Siapkan Fasilitas Khusus untuk Belasan Peserta Difabel di UTBK 2025

Kunci suksesnya dalam membagi waktu adalah “tidak ada waktu buat main” dan tidur seperlunya, bahkan ia seringkali mengerjakan tugas hingga subuh.

“Kalau melihat ke belakang, kok bisa ya saya menjalani semuanya?” ujarnya dengan nada takjub.

Bahkan, saat bekerja paruh waktu ia bersyukur diperbolehkan membawa laptop ke tempat kerja, sehingga bisa mencicil tugas di sela-sela bekerja.

Keaktifannya mengikuti berbagai lomba akademik juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan kuliahnya. Persiapan lomba yang kerap dilakukan hingga larut malam di kampus membuahkan hasil manis. Segudang pengalaman dalam kompetisi telah menempa dirinya.

Dari sekian banyak aktivitasnya, menjadi Runner Up 1 Duta Kampus ITN Malang 2023 menjadi pengalaman yang paling berkesan.

Pasalnya, di paguyuban duta kampus semua sama, saling merangkul. Pengalaman sebagai duta kampus juga melatih kemampuan public speaking dan cara berinteraksi dengan banyak orang. Ia juga seringkali didapuk menjadi MC atau penerima tamu.

Baca Juga:  Unair Buka Jalur Mandiri Prestasi, Daya Tampung Fleksibel

“Kalau lomba, yang paling memuaskan adalah saat meraih Juara 2 Lomba Balsa Bridge Competition di Universitas Wijayakusuma Purwokerto. Banyak pesaingnya. Tapi kami mampu mengungguli tim dari Jember, UNISMA, dan lainnya,” ujarnya.

Sebagai lulusan terbaik, Bara mengangkat studi alternatif perencanaan struktur atas Gedung Kanwil BRI Malang dengan menggunakan sistem ganda (dual system) sebagai topik tugas akhirnya.

Di bawah bimbingan Ir. Ester Priskasari, MT., dan Dr. Yosimson P. Manaha, ST., MT., Bara melakukan evaluasi penggunaan sistem rangka pemikul momen dengan dinding geser pada gedung 10 lantai tersebut.

Analisis struktur yang dilakukannya menggunakan program bantu teknik sipil ETABS 19 yang menunjukkan penambahan dinding geser dapat meningkatkan ketahanan struktur terhadap beban gempa. Ini sangat relevan digunakan mengingat wilayah Jawa, khususnya Jawa Timur merupakan daerah rawan gempa bumi.

“Desainnya gedung asli tanpa dinding geser, maka saya tambahkan dinding geser,” kata Bara menjelaskan modifikasi yang ia lakukan pada desain struktur gedung.

Penambahan dinding geser berfungsi untuk menambah kekakuan struktur dan menahan beban akibat gempa, sehingga bangunan menjadi lebih aman. (abs)