Mahasiswa ITS Inovasikan Alternatif Membran Ekstrak Bulu Bebek Ramah Lingkungan

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Tim Quack Cell dari mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas alternatif fuel cell menggunakan membran ekstrak bulu bebek yang ramah lingkungan.

Inovasi ini sebagai salah satu upaya mencapai target Net Zero Emission pada 2060, yakni melalui transisi energi listrik konvensional menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT). Sebab, upaya penurunan emisi karbon di Indonesia masih belum optimal.

“Hal itu dibuktikan dengan capaian penggunaan EBT yang masih mencapai 12,7 gigawatt (GW) dari total kapasitas listrik sebesar 84,4 GW pada 2023. Hal itu salah satunya karena penggunaan energi listrik dalam fuel cell yang tidak ramah lingkungan,” ujar Ketua tim penelitian Muhammad, Kamis (7/11/2024).

Baca Juga:  ITS Bantu Penerangan Kapal Nelayan Lewat Inovasi Lamusa Bahari

Menurut Muhammad, komponen dalam fuel cell konvensional masih menggunakan membran Nafion yang tidak ramah lingkungan.

“Membran Nafion mengandung material yang sangat stabil secara kimia sehingga tidak mudah terurai. Limbah Nafion yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan,” ungkap mahasiswa Departemen Fisika ITS itu.

Muhammad menjelaskan, tim yang beranggotakan Oktab Bahar Rahmadani, Diah Suci Lestari, Melyana Putri Tiyarno, dan Indah Dwi Sasmitaningrum ini, menggagas inovasi Proton Exchange Membrane Fuel Cells (PEMFCs) menggunakan ekstrak keratin dari bulu bebek sebagai mengakselerasi ketercapaian target EBT.

Baca Juga:  Bank Indonesia Jatim Gelar Jelajah UMKM dan Pondok Pesantren

“Dalam prosesnya, tim mengubah membran ekstrak keratin bulu bebek yang kaya sustain menjadi asam sulfonat. Hal itu dapat meningkatkan konduktivitas proton menjadi membran yang ramah lingkungan,” terangnya.

Tim mengawali penelitiannya dengan tahap ekstraksi keratin bulu bebek yang telah dihaluskan. Proses ini melibatkan metode hidrolisis asam basah untuk mendapatkan ekstrak keratin yang lebih banyak.

Baca Juga:  Tiket Kereta Api Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 Sudah Bisa Dipesan H-45 Sebelum Keberangkatan

Selanjutnya, dari ekstrak bulu bebek tersebut dibuat membran dengan menambahkan Sodium Dodecyl Sulfate (SDS) dan gliserol.

“Kemudian, membran harus melalui tahap percetakan dan pemanasan pada suhu 90 derajat celcius selama satu jam. Proses ini untuk menghasilkan membran transmitter energi listrik pada fuel cell,” katanya.

Berkat kerja keras dan kegigihan dari seluruh anggota tim, penelitian ini juga telah berhasil meraih medali perak dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) kategori Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Eksakta (PKM-RE) 2024, beberapa waktu lalu. Tim berharap agar lebih banyak mahasiswa yang membuka mata terhadap potensi EBT di Indonesia. (aci)