Tim Baraga dan ACE ITS Juara Sustainable Bridge Competition 2024
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Dua tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meraih juara dalam gelaran Sustainable Bridge Competition 2024 yang digelar Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Dua tim yang meraih juara itu berasal dari Departemen Teknik Sipil ITS, yakni Tim Baraga yang meraih juara I dengan rancangan jembatan bernama Citta Logawa, dan Tim ACE juara III dengan jembatannya bernama Kriya Nusantara.
Anggota tim, Moch Choirul Akbar Majid menjelaskan, rancangan jembatan yang diminta pada kompetisi ini adalah jembatan dengan tipe pelengkung tunggal. Model ini belum pernah ada di Indonesia karena bentuknya yang sangat memperhatikan aspek arsitektural dan kekuatan.
”Dengan mempertimbangkan hal itu, tim menggunakan material baja dengan mutu ASTM A36 untuk membuat jembatan model dengan panjang empat meter, dan baja mutu BJ-51 untuk desain jembatan 100 meter,” ujar Choirul, Minggu (11/8/2024).
Menurut Choirul, model jembatan ini memiliki kecenderungan torsi atau momen gaya yang besar pada pelengkungnya. Sehingga, jembatan menggunakan konfigurasi kabel yang mengumpul di tengah agar distribusi gaya saat diberi beban merata.
”Perakitan jembatan sendiri menggunakan metode perancah untuk jembatan model empat meter dan metode kantilever penuh pada desain jembatan 100 meter yang menyesuaikan arus dan kedalaman sungai,” ungkapnya.
Tim Baraga ITS juga berhasil meraih penghargaan di kategori Best Presentation. Tim ini menyajikan aspek sustainable atau berkelanjutan dengan penggunaan material ramah lingkungan, serta sumber energi terbarukan yang berasal dari panel surya.
“Keunggulan lain dari jembatan kami adalah penggunaan kecerdasan buatan pada sensor jarak jauh untuk memantau kesehatan struktur jembatan,” terangnya.
Di sisi lain, anggota tim ACE, Athallah Rafi mengatakan, desain jembatan yang dibuat timnya terinspirasi dari Hulme Arch Bridge di Manchester, Inggris.
Guna menonjolkan identitas nasional, busur jembatan didesain menggunakan warna merah putih dan gelagar lantai jembatan diberi warna emas untuk melambangkan masa kejayaan IKN dan Indonesia.
“Kami juga memadukan ornamen batik dan perisai khas Dayak, sehingga terpilih untuk meraih penghargaan kategori Best Beautiful Bridge,” katanya.
Athallah menjelaskan, jembatan didesain dengan memperhatikan tiga pilar pembangunan berkelanjutan yakni sosial, lingkungan, dan ekonomi. Dari sisi sosial, jembatan ini didesain sebagai landmark dan akses mobilitas baru bagi masyarakat IKN.
Dalam aspek ekonomi, jembatan menggunakan konfigurasi yang efisien untuk meminimalisir biaya material yang dikeluarkan dan dapat berdiri kokoh untuk waktu yang lama.
Selain itu, jembatan juga unggul di aspek lingkungan dengan menginovasikan fly ash atau abu terbang sebagai substitusi beton guna mengurangi emisi karbon yang dihasilkan selama tahap konstruksi.
”Selain itu, jembatan ini dilengkapi fitur Early Warning System bernama Kriya Siaga yang dapat mendeteksi apabila terjadi gempa, banjir, dan bencana alam lainnya sehingga dapat menutup akses jembatan hingga kondisi aman,” jelasnya.
Kedua tim berharap agar jembatan dengan tipe pelengkung tunggal ini dapat mulai diterapkan di Indonesia. Penerapan desain jembatan seperti ini, khususnya pada kota metropolitan, dinilai dapat menambah nilai futuristik kota. (aci)