PROBLEMATIKA KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA INDONESIA (3) : Fondasi Daya Tahan, Kekuatan dan Kecepatan di Usia Grassroots

Salah satu filosofi sepak bola Grassroots (6-12 tahun) adalah ‘let the kids be kids’. Maksud dari kalimat tersebut, mari perlakukan anak sebagai anak. Dalam pengertian yang lebih luas, jangan anak diperlakukan seperti orang dewasa dalam konteks latihannya. Karakteristik fisiologis maupun mentalnya sangat berbeda, sehingga membutuhkan perlakukan yang berbeda pula dalam memenuhi kebutuhan latihannya.

Fase Grassroots melanjutkan fase sebelumnya, yakni Kids Soccer (5-6 tahun). Bila pada fase Kids Soccer anak sudah merasa ada ketertarikan dengan sepak bola, maka tahap selanjutnya tinggal menjaganya. Kesan menyenangkan terhadap sepak bola sebagai dampak perlakuan pelatih sebelumnya, diharapkan tetap terjaga agar anak bisa mendapat kesan serupa dalam proses belajar selanjutnya.

Komponen kondisi fisik yang perlu dikembangkan pada fase Grassroots selain koordinasi, konsentrasi dan kelentukan adalah daya tahan (endurance), kecepatan (speed) dan kekuatan (strength). Tiga komponen terakhir merupakan fondasi dalam pengembangan kondisi fisik pemain sepak bola.

Dalam konteks olahraga, daya tahan diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk mempertahankan kinerja fisik dalam jangka waktu yang lama. Daya tahan dibedakan menjadi daya tahan umum (kardiovaskuler) dan daya tahan khusus (otot).

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara cepat dan efsien dari satu titik ke titik lainnya. Terkait dengan kecepatan sangat banyak ragamnya jika diterapkan dalam permainan sepak bola, seperti kecepatan lari tanpa dan dengan bola, kecepatan reaksi dan kecepatan dalam pengambilan keputusan.

Kemudian, kekuatan diartikan sebagai kemampuan otot dalam melakukan kontraksi ketika menerima beban saat melakukan gerakan.

Pada usia 7-12 tahun, latihan-latihan yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan kardiovaskular sudah mulai dikenalkan pada anak-anak. Daya tahan kardiovaskular berkaitan dengan kemampuan tubuh dalam menjalankan aktivitas fisik dalam waktu yang relatif lama. Kemampuan ini mengandalkan peran jantung, pembuluh darah dan paru-paru dalam menyuplai oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.

Dalam banyak literatur daya tahan kardiovaskuler dikenal juga dengan sebutan aerobic capacity. Latihan yang berkaitan dengan peningkatan komponen kondisi fisik ini bisa dengan menggunakan media bola atau permainan.

Tujuannya, selain menghindari kejenuhan pada anak, latihan fisik menggunakan bola bisa memperoleh hasil secara simultan antara fisik, teknik, taktik dan mental.

Running with ball, dribbling slalom dan permainan small side game bisa dipakai untuk tujuan latihan daya tahan kardivovaskuler, tinggal mengatur durasinya (waktu). Prinsip durasi latihan daya tahan kardiovaskuler waktunya lama intensitasnya rendah menuju submaksimal.

Intensitas (berat ringannya aktivitas) disarankan dikisaran 70-80%. Dimulai dengan intensitas yang paling ringan kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai kemajuan yang dicapai anak dalam setiap sesi latihan. Prosentase tersebut bisa menggunakan indikator denyut nadi.

Paling sederhana untuk djadikan pedoman pelatih di lapangan adalah menggunakan rumus: Denyut Nadi Maksimal (DNM) 220 – usia. Jika kelompok usia yang dilatih 7-8 tahun, maka DNMnya 220-7 = 213 per menit. Ini adalah batas maksimal denyut nadi yang boleh dilakukan saat latihan pada anak usia 7 tahun atau 218 per menit untuk anak yang berusia 8 tahun. Jika intensitas 70% yang akan diberikan kepada anak, maka 217 x 70% = 152 per menit atau 213 x 70% = 153 per menit. Beban latihan ini diberikan hingga usia 12 tahun.

Kecepatan juga mulai dikenalkan ketika anak berusia 7 tahun, dengan catatan dia sudah mengikuti proses latihan pada fase sebelumnya. Kecepatan yang diajarkan adalah kecepatan dengan bola dan tanpa bola.

Dalam permainan sepak bola, kecepatan bisa dilihat pada saat pemain berlari lurus, berbalik arah, mundur maupun ke samping, kecepatan merebut bola dan menutup pergerakan lawan.

Momen-momen seperti ini harus menjadi referensi bagi pelatih untuk merancang disain latihan karena latihan yang baik adalah latihan yang menyerupai kegiatan sebenarnya. Pembentukan kecepatan berlangsung hingga usia 13 tahun, dan pada kurun waktu tersebut teknik lari harus menjadi perhatian pagi para pelatih.

Sementara kekuatan mulai dikenalkan kepada anak ketika memasuki usia 9 tahun. Kekuatan dibutuhkan pemain saat menendang bola, body charge, melompat, dan saat berlari.

Manfaat latihan kekuatan di antaranya adalah untuk menguatkan tulang, otot, ligamen dan persendian sehingga pemain tidak mudah mengalami cedera. Selain itu, kekuatan yang dimiliki pemain dapat meningkatkan rasa percaya dirinya di lapangan karena dengan kekuatannya dia bisa memenangkan setiap terjadi perebutan bola dengan lawannya.

Latihan kekuatan diawali dengan fase edukatif, dimana perlakuannya lebih menekankan pada benarnya gerakan terlebih dahulu dan beban latihan bisa menggunakan beban badannya sendiri. Ketika gerakan sudah benar, peningkatan beban ditingkatkan secara bertahap sesuai perkembangan kemampuan anak. Pelatih perlu mengontrol perkembangan kekuatan anak melalui pengamatan yang dilakukan pada setiap sesi latihan kekuatan.

Tes-tes sederhana yang dapat memonitor daya tahan kardiovaskuler, kecepatan dan kekuatan perlu dipahami para pelatih. Pemahaman ini dimaksudkan agar perkembangan kondisi fisik anak bisa diketahui secara periodik dan dikembangkan sesuai capaian yang diperoleh dari periode sebelumnya. (*/bersambung)

Penulis : Imam Syafii
Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan
Universitas Negeri Surabaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *