BKKBN Jatim Optimistis Angka Stunting Turun Jadi 16 Persen hingga Akhir Tahun

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur optimistis angka stunting turun menjadi 16 persen hingga akhir 2023 dan 14 persen pada 2024. Salah satu upayanya, yakni menyebar Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di 851 desa di Jawa Timur untuk mendampingi remaja putri yang akan mempersiapkan kehidupan berkeluarga.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Dra Maria Ernawati MM mengatakan, berdasar Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Jatim pada 2021 sebesar 23,5 persen dan menjadi 19,2 persen pada 2022. Hal itu merupakan upaya kolektif BKKBN Jatim bersama berbagai pihak dan sesuai arahan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa.

“Mereka juga bisa evaluasi kesiapan melalui aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil) sebagai alat pemantau kesehatan dan edukasi seputar kesiapan nikah serta program hamil. Dengan begitu, kami bisa mendeteksi potensi bayi yang akan dilahirkan dengan melihat kondisi calon pengantin (Catin) sebagai deteksi awal stunting,” ujar Erna melalui keterangannya di Surabaya, Selasa (17/10/2023).

Baca Juga:  PCU dan Pemkot Surabaya Tangani Stunting Lewat Sekolah Orang Tua Hebat
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Dra Maria Ernawati, M.M.

Menurut Erna, pendampingan juga dilakukan ibu hamil. Dalam satu masa kehamilan, ibu hamil setidaknya harus periksa enam kali untuk melihat potensi gangguan penyakit. Termasuk anemia atau hemoglobin rendah yang berisiko mengakibatkan bayi lahir stunting.

“Ibu pasca melahirkan didampingi agar memberikan ASI eksklusif kepada bayi dan diberikan ilmu tentang MPASI bergizi hingga pola asuh yang baik,” katanya.

Erna menjelaskan, BKKBN Jatim sudah membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) sebanyak 31.243 TPK atau 93.729 orang untuk mendampingi keluarga berisiko tinggi memiliki anak stunting.

Baca Juga:  BKKBN Jatim Bagikan 120 Kilogram Telur Tiap Kabupaten dan Kota untuk Cegah Stunting

Selain itu, juga melibatkan 23 perguruan tinggi yang menjadi pendamping 18 Kabupaten/Kota untuk menangani tingginya kasus angka stunting, angka kematian ibu dan anak, serta angka kemiskinan.

“Termasuk program Donasi Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting, Kelompok Bina Keluarga Remaja dan Bina Keluarga Balita. Kemudian, ada program Sekolah Orang Tua Hebat yang bertujuan meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengasuh anak, khususnya anak balita,” jelasnya.

Baca Juga:  Jurnal Ilmiah Karya Dosen Unusa Raih Indeksasi Scopus

Erna berharap berbagai upaya yang dilakukan tersebut dapat membuahkan hasil positif. Termasuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur, derajat kesehatan dan pendidikan naik, dan stunting turun tiap tahun.

“BKKBN akan terus mendukung Jawa Timur melalui tupoksi kami. Alat dan obat kontrasepsi akan terus kami fasilitasi untuk seluruh keluarga di Jawa Timur. Penurunan stunting juga kami support melalui anggaran dari APBN yang diberikan kepada Kabupaten/Kota melalui Dana Alokasi Khusus,” terangnya.

Erna menambahkan, BKKBN Jatim akan gencar melakukan upaya penurunan stunting serta pencegahan dari hulu. Mulai pengembangan kualitas SDM, alat ukurnya, hingga aplikasi monitoring. Termasuk melibatkan semua sektor, baik lembaga pemerintahan, LSM, swasta, perguruan tinggi, media hingga masyarakat. (aci)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *