Aiptinakes Jatim Jalin Kerja Sama Internasional untuk Implementasikan Kampus Merdeka

MALANG, SURYAKABAR.com – Asosiasi Institusi Perguruan Tinggi Tenaga Kesehatan (Aiptinakes) Jawa Timur menggelar Aiptinakes International Conference of Health (AICH 2023).

Selain berkesempatan menjalin kerja sama internasional, konferensi kesehatan internasional ini juga bertukar keilmuan dan kolaborasi riset internasional, sekaligus mengimplementasikan Kampus Merdeka yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

AICH 2023 yang digelar kali pertama pasca pandemi Covid-19 ini mengangkat tema ‘Strengthening health educational institutions in the implementation of Merdeka Campuses to create a resilient society’ (Penguatan Perguruan Tinggi Kesehatan dalam Mengimplementasian Merdeka Kampus untuk Mewujudkan Masyarakat Tangguh).

AICH 2023 dilangsungkan di Grand Miami Hotel Kepanjen, Malang dan dibuka Bupati Malang, Drs H Sanusi MM, didampingi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII Jatim, dan Ketua STIKes Kepanjen, Tri Nurhudi Sasono Skep Ns MKep, Sabtu (26/8/2023).

Baca Juga:  3.174 Mahasiswa Baru Untag Surabaya Diajak Hitung Jejak Karbon

Sejumlah pembicara atau pakar kesehatan internasional juga dihadirkan. Di antaranya, dari Malaysia (pakar kesehatan keperawatan), India (pakar kesehatan diabetes melitus), dan Arab Saudi (pakar kesehatan dalam perspektif Islam).

Ketua Aiptinakes Jatim, Aries Wahyuningsih SKep MKes, mengatakan, tujuan diadakan AICH 2023 ini, yakni menindaklanjuti kerja sama internasional sebelumnya yang dilakukan dengan Mahsa University Malaysia.

Kerja sama tersebut meliputi sharing pengalaman dan keilmuan pendidikan tenaga kesehatan, saling bertukar pembicara webinar internasional, kolaborasi riset dan publikasi penelitian internasional secara bersama-sama, hingga pengabdian masyarakat.

“Aiptinakes ini di dalamnya ada perawat, bidan, analis, farmasi, dan administrasi kesehatan. Dari kerja sama internasional ini nantinya bisa diterapkan di semua perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi tenaga kesehatan atau anggota Aiptinakes agar diimplementasikan di dunia pendidikan. Tujuan utamanya untuk memajukan perguruan tinggi tenaga kesehatan,” ujar Wahyuningsih.

Baca Juga:  Unesa dan The University of York Kolaborasi Atasi Kesulitan Belajar dalam PAUD

Selain kerja sama internasional, Aiptinakes Jatim mendorong kepada 37 anggota perguruan tinggi tenaga kesehatan se-Jatim untuk membangun kompetensi yang baik. Sehingga, saat terjun di dunia kerja nanti, semuanya sudah siap untuk bekerja dan memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

“Harapan kami dengan konferensi kesehatan internasional ini, dapat membangun jejaring yang lebih luas, tentunya kita bisa tukar menukar pengajar maupun mahasiswa dan memiliki pengalaman go internasional. Sehingga, mereka memiliki kompetensi masing-masing dan nanti pemberdayaan lebih kepada sumber daya manusia (SDM), bahkan lulusan tenaga kesehatan bisa bekerja di luar negeri,” jelasnya.

Ketua LLDIKTI Wilayah VII Jatim, Prof Dr Dyah Sawitri SE MM, mengapresiasi digelarnya konferensi kesehatan internasional ini.

Baca Juga:  Sampoerna Academy Tekankan Pentingnya Kompetensi 5C bagi Siswa

Menurutnya, Aiptinakes benar-benar mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang saat ini harus ada kerja sama internasional, baik pendidikan, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat. Sehingga, kreativitas dosen/pengajar bisa dikembangkan melalui konferensi internasional seperti ini.

“Sekarang ini adalah kebutuhan. Kalau dulu tidak eksis dalam internasional. Tapi, sekarang seluruh perguruan tinggi memang harus ada kerja sama internasional yang diimplementasikan hanya MoU saja. Dan, ini kebanggaan bagi kami dan ini adalah perguruan tinggi kesehatan betul-betul bermanfaat bagi masyarakat, terutama Jawa Timur,” ungkap Prof Dyah.

Prof Dyah menjelaskan, implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas Kemendikbudristek bisa dilakukan secara internal di kampus. Yakni, dengan belajar di program studi (Prodi) berbeda sebanyak tiga semester.

“Namun, kerja sama di luar negeri atau di luar kampus memiliki nilai tambah yang luar biasa, karena di negeri orang dalam belajar berbeda. Selain itu, kekuatan dan peluang baru untuk belajar di dunia kerja berbeda. Sehingga, mengasah keterampilan mereka untuk melakukan perubahan terkait dengan konsep-konsep dalam bidang kesehatan,” pungkasnya. (aci)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *