Kolom
Pele, Maradona, Messi
Horacio Larreta Rodriguez gundah gulana. Keputusan Lionel Messi untuk mundur dari tim nasional Argentina pasca kekalahan dari Chile pada final Copa America 2016 membuat semua terhenyak, termasuk Horacio. Wali kota Buenos Aires tersebut sama dengan rakyat Argentina yang lain, tak ingin Messi pensiun dari tim nasional.
Publik Argentina membuat kampanye ‘jangan pergi’ demi menghalangi niat La Pulga. Untuk merayu Messi agar mau kembali bermain bagi tim Tango, Horacio membuat patung perunggu Messi di Rio de la Plata, kawasan Paseo de la Gloria, Buenos Aires. Upaya ini kemudian membawa hasil, Messi memutuskan untuk kembali berseragam putih biru langit hingga saat ini.
Lionel Andres Messi adalah pemain dengan prestasi komplet di level klub. Semua trophy telah diraih. Tapi bagi pemain hebat memiliki prestasi untuk negara adalah wajib.
Itulah mengapa Messi begitu kecewa ketika harus kalah di Final Copa America 2016, setelah sebelumnya di 2014, Argentina juga kalah di Final Piala Dunia dari Jerman.
Kehebatan pribadi tanpa dibarengi prestasi untuk negeri menyimpan kesemuan. Kemudian Messi memutuskan untuk kembali setelah kepedihan itu, dan akhirnya Copa America 2021 mampu diraihnya. Tapi masih ada yang kurang, yaitu Piala Dunia.
World Cup 2022 Qatar dapat dibilang adalah harapan terakhir bagi Messi. Di usia 35 tahun saat ini, maka akan makin berat jika harus berusaha empat tahun lagi.
2022 ini adalah now or never bagi Messi. Perjalanan dimulai dengan tidak mudah. Partai pembuka menjadi salah satu catatan kelam baginya dan La Albiceleste.
BACA JUGA:
Kalah dari Arab Saudi adalah kejutan besar. Tapi banyak juga yang berpendapat, dengan kekalahan ini, Messi dkk justru mendapatkan hikmahnya. Ini adalah lecutan. Dan terbukti, penampilan tim asuhan Lionel Scaloni terus membaik. Kini satu tangan Kapten Messi telah memegang trophy impian itu. Argentina berada di Final Piala Dunia Qatar 2022!
Messi tumbuh dalam keluarga yang mencintai sepak bola. Bahkan yang menemukan bakat sepak bola pria bertinggi 170 cm kelahiran kota Rosario ini adalah sang nenek Celia Oliveira Cuccittini.
Dia yang membawa Messi kecil ke latihan klub lokal Grandoli. Dia dengan yakin mengatakan kepada Messi, satu hari nanti Messi akan menjadi pesepak bola terbaik dunia. Di usia 11 tahun, Messi didiagnosis menderita kekurangan hormon pertumbuhan.
River Plate berminat atas perkembangannya, tetapi mereka tak punya uang untuk pengobatan. Akhirnya Carles Rexach, Direktur Olahraga FC Barcelona, mengajukan tawaran kontrak pada Messi di atas serbet makan dari kertas.
Barcelona menawarkan untuk membiayai pengobatan Messi jika ia mau pindah ke Spanyol. Messi dan ayahnya lalu pindah ke Barcelona dan ia masuk ke akademi muda klub hingga tumbuh menjadi seorang legenda.
Kini impian tersebut telah di depan mata. Trophy piala dunia hasil design dari Silvio Gazzaniga, pemahat asal Italia tak jauh dari genggaman. Messi dkk sukses menapakkan kaki di Final Piala Dunia Qatar 2022.
Kroasia yang dianggap memiliki organisasi permainan terbaik tak mampu hadang kelebihan individu Messi dan juniornya Julian Alvarez. Tiga gol digelontorkan tim Tango tanpa balas. Messi menjadi Man of the Match pada partai semifinal ini.
Bagi penulis sendiri melihat Messi mengangkat piala dunia adalah sebuah impian. Setelah kakek saya menyaksikan Pele merengkuh Piala Dunia, ayah saya melihat Diego Maradona meraih juara dunia, saatnya bagi talenta ketiga terbaik dunia yang pernah dilahirkan untuk dapat saya saksikan sukses meraih gelar sepak bola tertinggi. Karena memang super talenta tidak bisa diciptakan tetapi harus dilahirkan. Pele, Maradona dan Messi adalah super talenta yang pernah diturunkan di bumi ini.
Saatnya Messi membalas harapan Horacio Larreta Rodriguez dan jutaan rakyat Argentina. Pun demikian dengan kawan – kawan Messi di lapangan, tidak ada alasan untuk tidak memberikan segalanya demi wujudkan impian sang Dewa Sepak Bola Lionel Messi merengkuh gelar juara. (*)
Vamos Tango !
Penulis: Johan Satrya, Penikmat Liga Italia