MENCARI JALAN KELUAR DI TENGAH PANDEMI
Jangan Kubur Mimpi Mereka Menjadi Pemain Sepak Bola
Penulis, Imam Syafii – Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Surabaya
Sampai kapan pandemi Covid-19 ini berakhir, tentu sangat sulit diprediksi. Upaya vaksinasi hingga tercapainya herd immunity butuh waktu cukup lama mengingat Indonesia termasuk negara yang jumlah penduduknya banyak.
Pertanyaannya, haruskah kita menyerah pada keadaan tanpa mencari jalan keluar hingga kita bisa beraktivitas normal kembali. Berapa banyak anak yang bermimpi menjadi pemain sepak bola harus terkubur karena bencana ini, termasuk pemain yang sudah dipersiapkan untuk Piala Dunia U-20 tahun ini.
Manajemen tempat anak berlatih, orang tua, anak dan semua pihak terkait harus mempunyai kesamaan pandang Covid-19 ini nyata adanya. Persoalannya, bagaimana menciptakan lingkungan latihan yang aman, sehingga mereka yang terlibat didalamnya terhindar dari paparan virus yang sudah banyak meminta korban ini.
Dalam kurun waktu hampir dua tahun kita sudah banyak belajar tentang karakteristik Covid-19 dari berbagai sumber. Kita sudah memahami cara dan langkah-langkah untuk menghindari dan menanggulanginya. Selanjutnya tinggal kepatuhan kita terhadap rambu-rambu yang sudah ditentukan, untuk bisa diterapkan dengan penuh kesadaran dan disiplin tinggi. Ini merupakan bekal yang sudah kita miliki untuk mencari solusi agar kita dapat beraktivitas normal kembali walaupun di tengah pandemi.
Salah satu anjuran di musim pandemi Covid-19 adalah melakukan olahraga agar sistem imunitas tubuh terjaga. Bahkan, WHO merekomendasikan anak dan remaja mulai umur 6-17 tahun untuk melakukan aktivitas olahraga setiap hari dengan durasi 60 menit untuk intensitas sedang atau seminggu 3 kali jika intensitas tinggi. Lho kok, mengapa ketika anak-anak melakukan aktivitas olahraga, seperti sepak bola yang diwadahi Sekolah Sepak Bola atau perkumpulan harus dilarang?
BACA JUGA:
Benarkah mereka berpontensi menjadi cluster-cluster baru? Jika ada, bisa kita saling berbagi informasi. Penulis punya pengalaman dalam mengelola empat akademi, yang tersebar di Sidoarjo, Mataram, Surabaya dan Bangkalan. Selama pandemi, sejak April 2020 kami tetap melakukan latihan dengan memperhatikan protokol kesesahatan. Sampai saat ini tidak ada laporan, sepulang dari latihan mereka terpapar Covid-19. Namun bukan berarti tidak ada yang terpapar di antara mereka. Di Sidoarjo, dilaporkan dua anak dan di Surabaya satu anak. Mereka terpapar, karena keluarganya terpapar. Sementara di Bangkalan dan Mataram tidak ada laporan yang terpapar.
Dilaporkan, anak-anak yang terpapar ternyata lebih cepat sembuhnya dari orang tuanya. Juga dilaporkan, ada anak yang tidak terpapar meskipun keluarganya semuanya positif. Mengapa anak-anak tersebut tidak ikut terpapar, hipotesis penulis, karena sistem imunitas mereka lebih bagus sebagai dampak dari olahraga (sepak bola) yang dilakukan secara rutin dengan dosis latihan yang terprogram.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan World Health Organization (WHO), masih mendorong semua orang untuk olahraga teratur di musim pandemi ini. Selain meningkatkan kesehatan mental, tinjauan ilmiah 2019 di Journal of Sport and Health Science, menemukan, olahraga dapat meningkatkan respons imun, menurunkan risiko penyakit, dan mengurangi peradangan.
Ketika berolahraga tubuh mengeluarkan hormon endorfin, yang membuat pelakunya lebih bugar, tenang dan senang. Hormon endrofin adalah senyawa kimia yang diproduksi kelenjar pituitary dalam tubuh manusia. Dari beberapa penelitian dilaporkan, olahraga merupakan sarana efektif untuk mengurangi depresi dan stress pada seseorang.
Kenyataan tersebut, seharusnya tidak perlu dilarang anak-anak bermain sepak bola di lapangan terbuka dan orang tua tidak perlu terlalu khawatir sepanjang proses latihan dan pola hidupnya anak dalam keluarga diperhatikan. Adakah jaminan ketika anak berdiam di rumah aman dari Covid-19, belum tentu. Dan yang pasti mereka mengalami kejenuhan berkepanjangan, karena hari-harinya lebih banyak dihabiskan bermain ponsel.
Menciptakan lingkungan dan proses latihan yang aman dari ancaman Covid-19 di lapangan perlu dipikirkan bersama. Standar perlakuan mulai berangkat dari rumah, di lapangan hingga kembali ke rumah perlu ditentukan. Disinilah esensi tantangannya dalam mencari jalan keluar dari pandemi Covid-19. Manusia sebagai makhluk yang diberikan kelebihan akal, mempunyai naluri tinggi untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. “Bal-balan mane rek, bangun imunmu dengan bermain sepak bola”. (*)