Pilkada Surabaya
Begini Analisis Samsurin, setelah Machfud Arifin Pinang Mujiaman

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Enam parpol nonparlemen yang tergabung dalam Koalisi Membangun Surabaya (KMS) memprediksi langkah Machfud Arifin (MA) menggandeng seorang profesional Mujiaman Sukirno (Dirut PDAM Surya Sembada Surabaya) dalam kontestasi Pilkada Surabaya 2020, cukup mengagetkan.

Ini membuat persaingan kian seru, dan pasangan Whisnu Sakti Buana-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) berpotensi menang. Tapi dengan catatan jika mereka mendapat rekom dari DPP PDI-P.

Hal ini diungkapkan Koordinator KMS, Samsurin. Dia mengakui, sampai detik ini rekom PDI-P untuk Bakal Calon Wali Kota (Bacawali) Surabaya belum turun. Kabarnya rekom akan dikeluarkan, Sabtu (29/8/2020).

“Prediksinya rekom akan jatuh ke tangan Whisnu Sakti-Gus Hans atau Cahyadi-Armuji. Menariknya, Gus Hans yang merupakan tokoh muda NU telah mendapat perlakuan khusus mendaftar lewat DPP,” ujar Samsurin, Selasa (25/8/2020).

Namun demikian, menurut Samsurin, peta politik bisa berubah arah. Lantas bagaimana jika PDI-P menjatuhkan rekom pada Whisnu-Eri Cahyadi? Samsurin yang juga Ketua DPC PBB Surabaya dengan tegas mengatakan, jika itu terjadi namanya pelemahan.
“Jadi militansi PDI-P butuh bekerja keras jika duet Whisnu-Eri terjadi,” ungkap Samsurin menganalisa.

Lebih jauh, dia menjelaskan, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri tampaknya harus memilih komposisi yang benar-benar teruji. “Kedua pasangan tersebut masih-masing punya elektabilitas dan sudah teruji,” urainya.

Jadi, siapa calon PDI-P masih menjadi teka-teki. Sementara di kubu MA yang didukung koalisi delapan parpol sudah terang benderang, MA telah memutuskan wakilnya, yakni Mujiaman.

Sebagai seorang profesional, Mujiaman memang kurang dikenal masyarakat. Untuk itu, MA harus siap menjadi single fighter butuh pengatrol suara.

“MA tak butuh tambahan suara. Lantaran MA yakin dengan sistem yang didesain sendiri,” ungkapnya.

Bahkan Samsurin menyoroti jika beberapa kali kegiatan MA sambang perkampungan di Surabaya tidak disertai aura delapan partai pengusung yang selama ini ada di belakangnya. “Kalau kondisinya seperti ini, maka kekuatan MA jadi single fighter menghadapi kader-kader PDI-P,” terangnya.

Di sisi lain, Samsurin juga mengingatkan jika PDI-P sudah kembali ke formasi. Istilahnya apa kata Megawati. Menurut Samsurin, MA-Mujiaman bukanlah pasangan ideal. Justru kalau MA digandengkan dengan kader Demokrat, itu akan menggerakkan mesin partai lebih maksimal. “Pasangan MA-Mujiaman tidak akan maksimal dalam memanaskan mesin partai,” ungkapnya.

Untuk itu, bukan tanpa alasan jika Samsurin menyeret potensi Partai Demokrat untuk mendampingi MA bertarung dalam pilkada. Lantaran Demokrat memiliki tokoh yang kuat seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang bisa jadi perekat kekuatan koalisi delapan parpol.

Demikian juga dengan PDI-P. Jika mereka tetap dengan karakternya mempertahankan abang-ijo (merah- hijau), maka akan sangat mudah mengalahkan MA-Mujiaman.

“PDI-P yang nasionalis dan NU yang religius adalah kultur orang Surabaya. Dan pasangan Whisnu Sakti-Gus Hans adalah pasangan yang tepat jika diposisikan sebagai rival MA-Mujiaman. PDI-P tidak akan tertandingi meski dikeroyok banyak parpol,” pungkasnya. (be)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *