Mimpi Kepala Desa Grinting Tulangan Sidoarjo Mensejahterakan Warga Desa dari Pisang
SIDOARJO, SURYAKABAR.com – Buah pisang merupakan buah populer dan favorit bagi masyarakat yang kehadirannya tidak bisa dihindarkan di meja makan. Harganya cukup terjangkau. Manfaatnya bagi tubuh sangat banyak. Selain itu buah pisang bisa diolah menjadi aneka makanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Adalah Ahmad Fadil, Kepala Desa Grinting Kecamatan Tulangan bermimpi untuk memberdayakan warga desa dengan mengolah buah pisang ini. Bahkan dirinya menjadikan lahan Tanah Kas Desa (TKD) menjadi kebun pisang. Dari total 4,5 hektar TKD, 1 hektar-nya sudah dijadikan kebun pisang.
“Saya bermimpi semua warga desa ikut menikmati hasilnya dari kebun pisang ini. Nanti bila panen, uang yang terkumpul akan kembali ke kas desa untuk selanjutnya digunakan bagi kesejahteraan warga desa,” ujar Ahmad Fadil kepada suryakabar.com, Jumat (23/11/2018).
Di lahan 1 hektar ini ditanam pisang jenis susu, pisang gepok dan pisang raja. Ketiga pisang tersebut dipilih karena paling populer dan harganya pun terjangkau di pasaran. “Awal menanam dulu sekitar akhir 2017 dan sekarang beberapa pohon sudah berbuah dan hasilnya bisa dinikmati bersama,” tambah Ahmad.
Ditanya kenapa pohon pisang yang dipilih untuk ditanami di lahan kas desa, Ahmad menjelaskan, karena hanya pohon pisang yang hasilnya paling bagus dan regenerasi pohon yang satu ke lainnya terus menerus, sehingga tidak perlu pembaruan pohon.
Sebelumnya lahan tersebut disewa orang, dipakai budidaya ternak bebek, dengan biaya sewa pertahun Rp 7 juta. Kini, setelah ditanami pohon pisang ditaksir dalam satu tahun mampu menghasilkan Rp 350 juta. Tanah seluas 1 hektare ini ditanami pohon pisang sebanyak 444 pohon. Saat ini sudah terdapat sekitar 4.440.000 pohon pisang.
Ahmad mengaku, harga pisang juga relatif tinggi, per tandan bisa mencapai Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu.
“Saat panen pertama kemarin kami bisa menjual per tandan Rp 100 ribu untuk pisang gepok merah. Saat ini sudah banyak yang memesan pisang tersebut,” tambah Ahmad.
Membudidayakan pisang itu sangat mudah, namun harus memahami cara menaman pohon pisang itu sendiri. Saat awal menggali lubang, tidak boleh langsung ditanami, harus menunggu dua minggu baru ditanami, agar galian tersebut mendapatkan asupan oksigen.
“Agar perkembangan pohon pisang bisa maksimal, pohon pisang memerlukan air yang cukup. Kalau pada saat musim kemarau harus diberikan air di sekelilingnya,” terang Achmad.
Dia menjelaskan, dalam membudidaya pohon pisang ini pihaknya melibatkan tujuh hingga 12 warga desa yang tidak memiliki pekerjaan. Sejak awal tanam hingga sekarang untuk biaya perawatan membutuhkan Rp 67 juta. Semua biaya ditanggung BUMDes. Dan hasilnya juga masuk BUMDes.
“Hasil panen dari buah pisang ini dikelola BUMDes. Selain buahnya dijual ada sebagian kecil untuk pelatihan ibu-ibu membuat aneka makanan ringan,” pungkasnya. (wob)