Ombak Laut Tinggi, Nelayan Tidak Melaut, Begini Program yang Disiapkan Menteri Susi Pudjiastuti

SIDOARJO, SURYAKABAR.com – Seiring makin banyaknya nelayan di sejumlah daerah perairan di Indonesia yang tidak melaut, akibat dampak gelombang tinggi, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti akan memberi bantuan program padat karya.

Sementara untuk mendukung dan melindungi keselamatan nelayan saat melaut khususnya saat musim gelombang tinggi, Menteri Kelautan dan Perikanan mewajibkan nelayan memiliki asuransi saat melaut.

Saat peresmian pengoperasian alat Reach Tracker di Kantor Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Surabaya II di kawasan Puspa Agro Taman-Sidoarjo, Susi Pudjiastuti menegaskan, nelayan yang tidak melaut akibat dampak gelombang tinggi akan dipekerjakan membuat atau memperbaiki perahu guna kebutuhan laut dan perikanan tahun depan yang secara teknis akan dilakukan dengan mengajak departemen terkait.

“Setiap tahun pasti ada bulan-bulan yang airnya tinggi. Nelayan pantai selatan sudah tahu, cuaca saat ini bagus, tapi ketinggian air agak ekstrem. Kita pikirkan bantuan padat karya untuk membantu mereka bekerja misalnya bikin perahu untuk tahun depan bekerja sama dengan Kementrian atau departemen lainnya,” ujar Susi Pudjiastuti, Senin (30/7/2018).

Selain akan mempekerjakan nelayan yang tidak melaut seiring adanya gelombang tinggi yang terjadi beberapa waktu terakhir ini, Susi Pudjiastuti juga telah meminta nelayan maupun pemilik kapal untuk melengkapi nelayan dengan asuransi baik asuransi yang ditanggung pemerintah maupun asuransi yang ditanggung pemilik kapal.

Kendati ombak tinggi dan banyak nelayan libur, Susi menyebut volume ekspor ikan mengalami peningkatan yang signifikan dibanding tahun lalu.

Di wilayah BKIPM Surabaya II, total ekspor selama 2017 dibanding tahun ini sampai Juli sudah ada peningkatan 15,24 persen.

Sepanjang 2017 ekspor mencapai 7.003 HC. Sedangkan 2018 hingga Juli sudah mencapai 8.070 HC. “Sampai akhir tahun harapannya bisa tembus 14.000 HC, atau naik dua kali lipat dibanding tahun kemarin,” ujar Susi.

Udang Vaname masih mendominasi komoditas ekspor, sama seperti beberapa tahun terakhir. Diprediksi akan sama di tahun-tahun berikutnya.

Jika ekspor naik, angka impor ikan dan hasil perikanan jauh mengalami penurunan. Kondisi ini dipicu pemberlakuan PP 9/2018 dan Permendag 6/2018.

“Banyak perusahaan yang harus mengurus perizinan dan sebagainya terkait peraturan baru tersebut. Selama ini yang melakukan impor adalah perusahaan yang dokumen administrasinya sudah lengkap. Tapi jumlahnya masih sedikit,” ungkap Rina, Kepala BKIPM Kementerian Kelautan dan Perikanan di kesempatan yang sama.
(wob)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *