Dari Anyaman Bambu Ini Mampu Menghidupi 20 Keluarga
Meski terlihat sederhana, namun beberapa peralatan rumah tangga yang terbuat dari anyaman bambu ini mampu menghidupi 20 keluarga di Desa Seketi Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo. Lewat tangan terampil merekalah, produk asli desa ini mampu merambah hingga kabupaten lain di Jawa Timur. Bahkan, para perajin harus menolak pesanan, karena banyaknya permintaan pasar.
Terletak sekitar 25 kilometer ke arah barat Kabupaten Sidoarjo di wilayah Kecamatan Balongbendo, terdapat sebuah desa yakni Desa Seketi.
Di desa ini terdapat sekitar 20 keluarga yang hingga saat ini masih menjaga tradisi leluhur dengan bekerja sebagai perajin anyaman bambu peralatan rumah tangga. Konon kerajinan bambu ini pertama kali muncul di desa ini sekitar 1930-an.
Waktu itu satu keluarga perantau asal Madura yang mengenalkan kerajinan ini kepada penduduk Desa Seketi yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani.
Ternyata, sejak pertama hingga saat ini kerajinan anyaman bambu tersebut tetap lestari, sehingga mampu menjadi mata pencaharian sekitar 20 keluarga Desa Seketi. Produk yang dihasilkan di antaranya tampah, kalo dan irig yang kesemuanya masih dipergunakan hingga saat ini oleh masyarakat di pedesaan saat berada di dapur.
Bahan bakunya sederhana, hanya bambu, pisau dan sedikit ketelitian serta ketekunan dari perajin. Harganya pun murah hanya Rp 11 ribu per biji, namun banyak sekali manfaatnya.
Pak Qosim misalnya yang sudah menjadi perajin anyaman bambu sejak 20 tahun yang lalu. Dirinya hanya belajar lewat orang tuanya dan kini bisnis keluarga tersebut mampu menghidupi Pak Qosim sekeluarga.
Dalam satu bulan, dirinya mampu menyelesaikan pesanan 160 hingga 170 buah tergantung dari ketersediaan bahan baku dan cuaca untuk mengeringkan bambu yang sudah dibelah.
Untuk pemasaran Qosim sudah tidak kesulitan lagi, karena ada tengkulak yang mengambil untuk selanjutnya dipasarkan di kabupaten lain seperti Gresik, Lamongan, Mojokerto dan lain-lain.’
’Di sini sistemnya tengkulak bayar dulu Mas. Bayarnya sesuai yang dipesan, kadang 100 buah kadang sampai 150 buah dan nanti kalau sudah selesai diambil sendiri oleh tengkulak,” ujar Qosim saat ditemui suryakabar.com di rumahnya Desa Seketi, Balongbendo belum lama ini.

Kepala Desa Seketi, Seger mengungkapkan, desa akan memfasilitasi semua keperluan perajin karena produk ini sudah melegenda dan merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian warga Desa Seketi.
Fasilitas tersebut di antaranya kemudahan dalam pemasaran, bahan baku hingga pelatihan bagi pemuda-pemuda desa dalam pengembangan produk anyaman bambo. ”Semua kebutuhan bagi perajin pihak desa akan berusaha memfasilitasi, karena anyaman bambo ini sudah menjadi ikon Desa Seketi,” ungkap Seger.
Perajin saat ini mengeluhkan ketersediaan bahan baku bambu yang sulit didapat. Bahkan perajin harus mencari bambu hingga ke Kabupaten Trenggalek, karena stok di Sidoarjo sudah menipis. (wo)