Dosen UWP-Pelindo III Inginkan Pembangunan Surabaya dari Kampung
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Universitas Wijaya Putra (UWP) Surabaya semakin diperhitungkan di dunia pendidikan. Salah satu dosen senior ditunjuk menjadi pembicara dalam seminar regional di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Sabtu (9/12/2017).
Dia adalah Dr. Sri Juni Woro Astuti., M.Com, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UWP. Dosen yang juga Pengurus Pusat Bidang Kerjasama dan Sertifikasi Indonesian Association for Public Administration (IAPA) mendapat amanah untuk menjadi pembicara dalam Seminar Regional dengan Tema “Membangun dari Pinggiran, Belajar dari Kampung”. Tema ini muncul untuk mengkritisi proses pembangunan yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, berdasar teori Robert Chamber yang menyatakan pentingnya “Membangun dari Belakang”.
“Proses pembangunan yang ada di Surabaya sudah cukup bagus, tetapi sangat bagus kalau pembangunan dilakukan dari pinggiran,” kata Yuni Woro dalam seminar di Unesa.
Woro panggilan akrab Yuni Woro menuturkan, ide pembangunan Kota Surabaya diperlukan komitmen Pemerintah Kota dengan tetap mempertahankan karakter kampung. Ide ini muncul berdasarkan analisa yang dilakukan selama ini. Menurut data yang dimiliki, dari jumlah warga Surabaya, sebesar 60% merupakan wilayah kampung. Jadi, perlu adanya upaya untuk mempertahankan kampung dengan melakukan pembangunan secara berkelanjutan.
Jika kondisi ini tidak dilakukan, lanjut dia, maka proses pembangunan akan terjadi seperti saat ini yang sedang berjalan dan dilakukan Pemerintah Kota. Meskipun, secara umum pembangunan di Kota Surabaya bisa dikatakan berhasil, akan tetapi dalam kenyataannya masih terdapat kesenjangan ekonomi dan tingkat pengangguran yang semakin meningkat. “Ini juga yang perlu diperhatikan Pemkot Surabaya,” jelasnya.
Selain itu, tantangan sebagai kota metropolitan pada kenyataannya tidak dapat dihindari dengan adanya kontradiksi antara hasil dan dampak pembangunan. Padahal, dampak dari pembangunan akan ada pertumbuhan ekonomi. Tentunya kondisi ini akan menjadi daya tarik bagi kaum urban, sehingga disisi lain berpotensi timbulnya penggangguran bagi penduduk kampung di Surabaya.
“Ini juga harus dilihat. Ekonomi maju, pembangunan maju, tetapi banyak pengangguran di tingkat warga kampung. Saya ingin pemerintah melihat secara utuh dampak pembangunan dan kemajuannya,” tandas Woro di depan 150 mahasiswa peserta seminar regional ini.
Sementara itu SVP Human Capital System & Strategy PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), Edi Priyanto mengatakan, seyogyanya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melakukan pengembangan kota dari pinggiran. Menurut dia, pengembangan dari pinggiran akan memudahkan Pemkot sebagai regulator untuk mensejahterakan masyarakat. “Pemkot harus mensupport pengembangan Surabaya melalui kampung. Ini akan lebih efektif,” ujarnya. (arf)