UWP Tingkatkan Ketrampilan Masyarakat, Perbanyak Varian Olahan Bandeng, Ekonomi Jadi Meningkat

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Kebutuhan ekonomi masyarakat semakin tinggi. Mereka dituntut melakukan kreativitas untuk menambah pendapatan. Salah satu cara dengan meningkatkan usaha-usaha yang dimiliki masyarakat.

Fakta inilah yang membuat Universitas Wijaya Putra (UWP) Surabaya prihatin. Kampus yang memiliki kantor di Benowo, Wiyung (Surabaya) dan Prigen, Pasuruan ini memutuskan untuk terjun langsung ke lapangan. Semua dosen kampus ini diturunkan untuk mendampingi masyarakat dan mengembangkan ketrampilan warga.

Di antara usaha yang mendapat perhatian dosen UWP adalah mengolah ikan bandeng menjadi makanan khas. Ikan yang mudah ditemui di masyarakat ini sengaja menjadi pilihan, karena bahan baku mudah ditemukan. Pengembangan juga bisa dilakukan dengan cepat serta efektif.

Guna melakukan pengembangan ikan bandeng, dosen UWP yang terdiri Indriastuti (Ketua), Dewi Suprabowati, Dwi Hardaningtyas (anggota), dan Fauziah (mahasiswa) melakukan pendekatan kepada kelompok usaha masyarakat yang berada di daerah kampus Benowo. Mereka adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Gelora Bandeng, dan KSM Bandeng Bara, yang berada di daerah Sumberejo, Pakal Surabaya.

Keputusan untuk mendampingi kelompok usaha masyarakat ini berdasar dari analisa usaha yang dilakukan bersama. Dari hasil analisa yang didukung dengan penelitian, usaha masyarakat dipengaruhi dengan sikap tidak konsisten. Lebih parah lagi, banyak usaha masyarakat tergantung dengan kepemilikan modal yang sangat minim.
“Kami melihat masyarakat tidak konsisten dalam mengembangkan usaha yang dimiliki,” kata Indriastutik, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Wijaya Putra (UWP) Surabaya.

Menurut dia, selain kendala tersebut banyak sekali persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat. Menumbuhkan semangat merupakan persoalan yang sangat sulit, karena berkaitan dengan keinginan untuk mempertahankan usaha. Untuk mempertahankan semangat, salah satu upaya adalah memberikan kebutuhan-kebutuhan pengolahan ikan bandeng.

Jika selama ini kebutuhan yang dipergunakan masyarakat adalah panci presto, blender kecil, dan kompor LPG, maka, dosen-dosen ini memutuskan untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan memberikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. “Kami mendapatkan dana dari Dikti (pemerintah). Itu kami berikan kepada masyarakat sebagai bentuk pengabdian,” ujar Dewi Suprabowati, anggota Tim Pengabdian Masyarakat UWP.

Pendampingan yang dilakukan bukan tanpa hasil. Sebelum pendampingan, usaha bandeng masyarakat hanya menghabiskan 25 kilogram, setelah dilakukan pendampingan pemesanan mencapai 35 kilogram, bahkan pernah mencapai 150 kilogram.

Peningkatan pemesanan ini dipengaruhi banyaknya varian yang dimiliki usaha-usaha masyarakat. Sebelum pendampingan, varian bandeng yang dijual hanya berbentuk otak-otak. Namun, bentuknya semakin bertambah di antaranya bandeng krispi, pepes bandeng tanpa duri, sapit bandeng, bandeng presto, bakso bandeng, sate bandeng, dan nuget bandeng. “Produk baru ini merupakan hasil pendampingan yang kami lakukan selama ini,” ucap Dwi Hardaningtyas anggota Tim Pengabdian Masyarakat UWP ini.

Dwi menjelaskan, proses pendampingan yang dilakukan terhadap masyarakat cukup sulit, karena, pihaknya akan mengajarkan tentang varian bandeng, kemudian melakukan manajemen serta penjualan yang dilakukan dengan baik. Dengan upaya-upaya ini, dosen-dosen UWP ini mulai menuai hasil. Masyarakat yang didampingi bisa merasakan hasil sistem manajemen.

Bahkan kedepan, produk bandeng olahan ini direncanakan masuk ke toko-toko ritel khas makanan Surabaya. Dengan cara ini, bisa diyakini perekonomian masyarakat akan meningkat. Sebab, produk varian makanan bandeng akan semakin banyak, pembeli diberi tawaran pilihan makanan-makanan tersebut. (arf)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *